Referensi pihak ketiga
Ketika Anda memandang langit malam, anda akan meyaksikan bintang di setiap arah. Kita merasa seolah-olah Anda berada di pusat kosmos. Benar atau tidaknya ini jawaban menurut sains
Alam semesta, Ternyata tidak memiliki pusat. Sejak Big Bang 13,7 miliar tahun lalu, alam semesta sudah berkembang dan memuai. Tapi meskipun namanya, Big Bang bukanlah ledakan yang meledak keluar dari titik pusat ledakan. Alam semesta awalnya padat dan kecil. Lalu setiap titik di alam semesta memuai secara merata, dan itu berkelanjutan sampai detik ini. Kesimpulannya, tanpa titik asal, alam semesta tidak memiliki pusat. 
Jika alam semesta tak memiliki pusat, lalu bagaimana alam semesta bisa dikatakan memuai? memuai terhadap apakah? Bukankah harus ada titik dimana kita bisa mengatakan sesuatu tersebut memuai?
Bayangkan alam semesta dalam model 2 dimensi. Bayangkan permukaan balon sebagai alam semesta dua dimensi. Dan berilah titik-titik hitam dengan spidol pada permukaannya dan anggaplah titik-titik ini sebagai galaksi. Balon yang kita bayangkan ini juga bulat sempurna dan tidak punya titik istimewa atau area tiupan dimanapun di permukaan balon tersebut. Lupakan bahwa balon ini ada yang meniupnya maupun detil bagaimana balon itu dapat mengembang tanpa ada yang meniup. Yang paling utama disini adalah permukaan balon dalam dua dimensi.

Referensi pihak ketiga
Bayangkan juga balon itu semakin memuai menjadi semakin besar dan terus menerus membesar. Galaksi pada model alam semesta seperti ini hanya ada di permukaan dan makhluk hidup yang ada pada permukaan alam semesta ini hanya akan bisa bergerak di sekeliling permukaan. Hanya bergerak kiri – kanan, depan – belakang tapi tidak akan ke atas dan bawah. Karena jika bergerak ke atas dan bawah artinya dia meninggalkan alam semesta.
Dengan mengembangnya balon, maka titik-titik hitam yang sudah digambar pada permukaan balon akan ikut mengembang dan jarak antar titik pun akan saling menjauh satu sama lain. Dan makhluk hidup dalam alam semesta 2D ini akan dapat mengukur pemuaiannya juga jarak antar galaksi yang semakin hari akan semakin membesar.
Jadi dimanakah titik pusat pemuaian atau titik awal mengembangnya balon?
Jawabannya, tidak dimanapun. Tak ada satu titik pun di balon yang menjadi titik atau lokasi istimewa dibandingkan titik atau lokasi lain. Semuanya lokasi sama dan terjadi pemuaian di semua tempat hingga tidak ada satu tempatpun pada balon yang bisa disebut titik pusat.
Dan jika kita kembali pada masa lalu sebelum balon mengembang, maka keadaan balon pada masa itu masih kecil dan semua titik di balon berjarak sangat dekat satu sama lain demikian juga semua materi dipermukaan balon itu berada berdekatan. Jika diimplikasikan dengan alam semesta kita maka di masa lalu, alam semesta itu kecil dan padat. Dari itulah kemudian balon mengembang menjadi besar seperti halnya alam semesta yang juga mengembang menjadi sangat besar.
Seluruh titik dalam alam semesta ikut mengembang mejadi seperti apa yang kita lihat sekarang. Tidak ada apapun di dalam alam semesta yang memuai ini yang bukan bagian dari apa yang ada di permukaan alam semesta ketika masih kecil dan padat. Yang terjadi semua yang ada dulu itu mengembang menjadi besar dan menjauh satu sama lain.
Inilah yang terjadi dalam alam semesta. Di masa lalu, alam semesta kecil, panas dan padat. kemudian memuai menjadi alam semesta yang lebih besar, dingin dan jarak antar galaksi dan materi di dalamnya semakin menjauh satu sama lain.
Seperti balon tidak ada lokasi istimewa yang menjadi pusat, alam semesta kita juga homogen juga isotropis dan pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta yang bisa kita sebut sebagai posisi awal atau pusat dari alam semesta ini.
Inilah kejadian Big Bang yang sebenarnya. bukan merupakan sebuah peristiwa ledakan kosmik dan teori Big Bang memang tidak sesuai dengan namanya.
Jadi alam semesta tidak punya pusat dan titik awal melainkan Big Bang terjadi di segala tempat.
Benar tidaknya semua itu hanya Tuhan yang mengetahui, semua kebenaran yan ada pada sains itu hanyalah kebenaran relatif.
Sumber : www.livescience.com, www.langitselatan.com